Pecel

Pecel adalah makanan khas Kota Madiun Jawa Timur Indonesia yang terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai (sejenis mentimun) atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel. Konsep hidangan pecel mirip dengan hidangan salad dari Eropa. Keduanya sama-sama menggunakan sayuran segar sebagai bahan utama dan menggunakan topping. Perbedaanya adalah, jika salad menggunakan mayonaise sebagai topping, maka pecel menggunakan sambel pecel. Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah dan cabe rawit yang dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica dan garam. Pecel sering juga dihidangkan dengan rempeyek kacang, rempeyek udang atau lempeng beras. Selain itu pecel juga biasanya disajikan dengan nasi putih yang hangat ditambah daging ayam atau jerohan. Cara penyajian bisa dalam piring atau dalam daun yang dilipat yang disebut pincuk. Masakan ini mirip dengan gado-gado, walau ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan. Rasa pecel yang pedas menyengat menjadi ciri khas dari masakan ini.

SARANGAN


Telaga Sarangan yang juga dikenal sebagai telaga pasir ini adalah sebuah telaga alami yang terletak di kaki Gunung Lawu, di Kecamatan Plaosan kabupaten Madiun, Jawa Timur. Berjarak sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 18 hingga 25 derajat celcious, Telaga Sarangan mampu menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya.
Telaga Sarangan merupakan obyek wisata andalan Magetan. Di sekeliling telaga terdapat dua hotel berbintang, 43 hotel kelas melati, dan 18 pondok wisata.Di samping puluhan kios cendera mata, pengunjung dapat pula menikmati indahnya Sarangan denganb erkuda kapal cepat..Fasilitas obyek wisata lainnya pun tersedia, misalnya rumah makan, tempat bermain, pasar wisata, tempat parkir, sarana telepon umum, tempat ibadah, dan taman. mengitari telaga, atau mengendarai
Keberadaan 19 rumah makan di sekitar telaga menjadikan para pengunjung memiliki banyak alternatif pilihan menu. Demikian pula keberadaan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai suvenir telah memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk membeli oleh-oleh. Hidangan khas yang dijajakan di sekitar telaga adalah sate kelinci.

Magetan juga tertolong dengan adanya potensi industri kecil setempat yang mampu memproduksi kerajinan untuk suvenir, misalnya anyaman bambu, kerajinan kulit, dan produk makanan khas seperti emping melinjo dan lempeng (kerupuk dari nasi).
Telaga Sarangan juga memiliki layanan jasa sewa perahu dan becak air. Ada 51 perahu motor dan 13 becak air yang dapat digunakan untuk menjelajahi telaga.
Telaga Sarangan memiliki beberapa kalender event penting tahunan, yaitu labuh sesaji pada Jumat Pon bulan Ruwah, liburan sekolah di pertengahan tahun, Ledug Sura 1 Muharram, dan pesta kembang api di malam pergantian tahun.

Leduk Magetan

Menjelang datangnya bulan Suro, sebuah tradisi unik digelar warga Magetan, Jawa Timur. Namanya lomba musik ledhug. ledhug sendiri singkatan dari lesung dan bedhug, yang merupakan gabungan kebudayaan Jawa dan Islam. Di sini para peserta diadu kepiawaiannya dalam mengkolaborasikan kedua alat musik tadi, sehingga menghasilkan irama merdu yang enak untuk dinikmati.Lomba musik ledhug digelar di AlunAlun Magetan, Jawa Timur, Senin Siang. Belasan peserta ambil bagian dalam even ini,


Keunikan lomba yang hanya digelar setahun sekali di setiap menjelang datangnya bulan Suro tersebut. Kemudian, alat musik yang dipakai, hanya lesung dan bedhug. Kedua alat musik tersebut, merupakan simbul dari dua kebudayaan berbeda. Yaitu kebudayaan Jawa dan Islam.Dalam satu peserta, jumlah pemainnya bisa mencapai belasan orang. terdiri laki-laki dan perempuan. Mereka terbagi dalam berbagai tugas, mulai vocal, penabuh lesung, penabuh bedhug, backing vokal serta penari.


Seiring perkembangan jaman dan hasil kreatifitas para peserta, lomba musik ledhug khas Magetan terus mengalami perubahan.Meski alat musik wajib dalam lomba ini adalah lesung dan bedhug, namun menambahkannya dengan alat musik rebana dan kendang.Sementara kriteria penilaian dalam lomba ini, adalah kolaborasi dalam memainkan alat musik lesung dan bedhug.Penampilan serta penghayatan syair lagu wajib yang berjudul Magetan KumandangMenurut ceritanya, lomba musik ledhug khas Magetan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Namun tidak seorang pun tahu siapa tokoh atau orang yang pertama kali memprakarsai lomba ini

Menikamati Sajian Tepo Tahu di Magetan


Manis, asam, pedas, dan sedikit wangi berpadu menjadi sebuah selera rasa yang khas. Begitu unik dan siap menggoda selera bagi siapapun yang mencicipinya.Biasanya kita mengenal ketoprak, kupat tahu, atau tahu telur. Di Magetan ada sajian kuliner yang mirip dengan ketiganya. Dan, mengenai rasa cukup unik dan bikin ketagihan.Menu tepo tahu, rasanya mirip seperti ketoprak atau tahu lontong. Sajian kuliner khas Magetan ini terdiri dari irisan tahu berbentuk dadu yang digoreng agak kering.



Untuk kemudian tahu gorengan itu dicampur dengan kuah yang unik. Terbuat dari campuran kacang tanah goreng, cabai, bawang putih, dan sedikit garam yang digoreng bersama daun jeruk, untuk kemudian digerus bersama air gula dan kecap secukupnya. Namun, pada tepo tahu tidak menggunakan petis sebagai bumbu utamanya, melainkan diganti dengan kecap manis.Rasa manis dan asam begitu kental terasa di lidah saat kita mencicipi kuahnya. Tepo tahu, sekali merasakan dijamin bikin ketagihan, untuk terus memburu kekhasan dan keunikannya.Setelah itu bisa ditambahkan kecambah pendek, daun seledri secukupnya. Tambahan daun seledri inilah yang kerap menggugah selera para penikmat tepo tahu.
Untuk tepo sebagai bahan utama dapat dibilang masih berkerabat dengan lontong pada umumnya. Tepo terbuat dari beras, lalu dibungkus dengan daun pisang berbentuk limas atau piramida. Setelah itu direbus berjam-jam hingga matang.Tepo tahu, demikian masyarakat Kabupaten Magetan menyebutnya. Makanan ini begitu populer di kabupaten seluas 662,7 kilometer persegi itu. Bahkan penggemar makanan ini tak hanya diburu dari dalam Magetan saja, melainkan juga masyarakat dari daerah lain yang kebetulan singgah di kota itu.